24 C
en

Kisah Haru Nenek Rohanah, Tinggal di Rumah Reyot Bersama Anak dan Cucunya.

 


KRIMSUSPOLRI. COM|| Di tengah hiruk pikuk Pembangunan, masih ada potret kehidupan memilukan yang nyaris luput dari perhatian. Di kampung Jilegong Rt 01/03, Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak, sebuah rumah reyot berdinding anyaman bambu(Bilik) rapuh menjadi tempat berlindung bagi dua kepala keluarga dengan lima jiwa di dalamnya.Penghuni utamanya, seorang nenek bernama Rohanah (69), hanya bisa pasrah tinggal bersama anak dan cucunya di rumah yang jauh dari kata layak huni.

Kondisi rumah yang sudah renta, dengan atap bocor dan dinding hampir roboh, membuat Nenek Rohanah selalu dihantui rasa khawatir. “Kalau hujan deras, saya tidak bisa tidur. Air masuk dari segala arah, cucu saya kedinginan. Kadang saya takut rumah ini ambruk dan menimpa kami. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak punya pilihan lain,” ucapnya dengan suara parau, sambil menahan haru.

Dengan mata berkaca-kaca, ia menuturkan betapa berat perjuangannya untuk tetap bertahan. Kehidupan sehari-hari bergantung pada penghasilan anaknya yang tidak menentu, sementara kebutuhan keluarga terus berjalan. “Saya hanya ingin cucu saya bisa tidur nyenyak dan tidak ada ketakutan disaat hujan turun, hanya itu harapan saya. Semoga pemerintah bisa menolong kami, memperbaiki rumah ini supaya kami merasa aman,” ungkapnya penuh harap.

Sementara itu, Kepala Desa Balekambang mengakui bahwa rumah milik Nenek Rohanah memang sudah masuk dalam daftar usulan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Namun, ia menegaskan akan segera berkoordinasi dengan pihak RT setempat untuk memastikan penanganan. “Kalau memang kondisinya sangat darurat, kami tidak bisa menunggu lama. Saya siap berkordinasi agar segera ditindaklanjuti. Bahkan bila situasinya benar-benar urgen, saya pribadi akan turun tangan membantu dengan dana pribadi saya,” tegasnya.

Ia menambahkan, di Desa Balekambang sendiri terdapat sekitar 50 rumah tidak layak huni yang sudah diusulkan untuk mendapatkan bantuan perbaikan. “Kami berusaha maksimal agar semua warga bisa merasakan hidup di rumah yang aman dan nyaman. Tapi memang, keterbatasan anggaran membuat prosesnya bertahap. Meski begitu, kami tidak akan menutup mata pada kasus-kasus mendesak seperti ini,” jelasnya.

Kisah Nenek Rohanah menjadi cermin nyata masih banyaknya keluarga yang hidup di bawah garis layak huni. Kehadiran perhatian pemerintah, masyarakat, dan semua pihak yang peduli sangat dibutuhkan, agar mereka yang kini terpinggirkan bisa merasakan kembali arti sebuah rumah yang benar-benar menjadi tempat berteduh dengan aman dan layak.



Red

Older Posts
Newer Posts