24 C
en

Dossier Korupsi Berdarah: Jaring Gelap Di Balik Kursi Dan Kontrak

 


KRIMSUSPOLRI. COM|| MANADO 

Di balik tembok tebal birokrasi, bisikan menjadi harga, jabatan berubah menjadi komoditas.

Sumber-sumber internal yang tak ingin disebutkan identitasnya mengungkap bahwa pola percaloan jabatan dan proyek di lingkungan pemerintahan daerah berjalan dalam sistem yang rapi dan berlapis, seolah sudah menjadi “budaya bawah meja”.

Skemanya klasik tapi efektif: jalur rekomendasi, kedekatan, dan setoran.

Setiap mutasi, promosi, bahkan penunjukan proyek strategis, disebut-sebut tak lepas dari “izin tak tertulis” yang beraroma rupiah. Dalam bahasa politik birokrasi, itu disebut “tanda terima niat baik” — istilah halus untuk transaksi gelap kekuasaan.

INAKOR mencium adanya jaringan oknum perantara yang berperan layaknya makelar pengaruh, menyalurkan “pesanan jabatan” hingga “jatah proyek” kepada pihak tertentu. Mereka bukan siapa-siapa, tetapi tahu siapa yang bisa “membuka pintu”.

Fenomena inilah yang kemudian mendorong LSM tersebut melayangkan laporan resmi ke KPK, meminta penelusuran sistemik, bukan sekadar kasus per kasus.

“Kami ingin KPK tidak berhenti pada permukaan. Jika pola seperti ini benar terjadi, itu bukan sekadar pelanggaran etika — tapi pengkhianatan terhadap konstitusi,” ujar salah satu aktivis reformasi birokrasi yang ditemui di Manado.

Para pengamat menyebut, jual beli jabatan adalah “kanker stadium akhir” birokrasi, karena merusak fondasi meritokrasi dan menjadikan kekuasaan hanya sebagai arena dagang.

Efeknya langsung terasa: pejabat tak lagi bekerja untuk rakyat, tetapi untuk mengembalikan modal jabatan.

Kini, semua mata tertuju pada KPK — apakah lembaga antirasuah itu akan berani menyelam lebih dalam ke lumpur kekuasaan yang berlapis kepentingan?

Atau justru membiarkan tangan-tangan bayangan terus bermain di balik tirai, menukar jabatan dengan amplop, proyek dengan loyalitas?

Yang pasti, bau busuk ini tak akan hilang hanya dengan klarifikasi — ia hanya bisa hilang bila akar-akar kegelapan dicabut dari tanah kekuasaan itu sendiri.


Syarel Moningka

Older Posts
Newer Posts